Jumat, 27 Januari 2012

STUDI KASUS


Kasus 1 : Hartoyo  sebagai Manajer

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.

Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya pada Drs. Abdul Hakim, ak, manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul Hakim, menjawab bahwa dua telah mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, "dalam tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya berbuat seperti itu.

Pertanyaan kasus :

1.     Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo?
Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?
Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu ditentara.

2.     Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya?
Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawaban kasus :

1.     Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Hartoyo adalah militeristik.
Keuntungannya menggunakan gaya militeristik adalah pada kedisiplinannya, dalam gaya militeristik memiliki kedisiplinan yang tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah bawahan merasa tidak leluasa dalam berkomunikasi dan bergaul dengan atasan karena pada militeristik segala sesuatu bersifat formal hingga dalam berkomunikasipun harus formal.
Disebabkan dimana terlalu berprinsip dengan gaya militer yang telah dia dapatkan sebelumnya saat dia di tentara. 

2.    Haryoto tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya maka tujuan yang di idam-idamkan tidak akan tercapai, itu karena bawahan Haryoto yang sudah tidak sanggup bekerja sama dengan seorang yang terlalu keras memerintah bawahan bahkan terlalu kaku terhadap bawahan. Saran saya sebaiknya Haryoto merubah gaya dalam memimpin perusahaan tersebut, merubah yang sudah menjadi kebiasaan memang sulit, namun apa salahnya merubah demi kepentingan bersama, apalagi dengan memiliki tujuan yang baik. maka dari itu pak hartoyo merubah gaya kepemimpinan militernya, soalnya sekarang dia tidak bekerja seperti dulu di kemiliteran, akan tetapi bekerja di sebuah perusahaan yang pada umumnya tidak menggunakan gaya kepemimpinan kemiliteran. 



Kamis, 12 Januari 2012

KEPEMIMPINAN

1. Definisi
 Berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi kepemimpinan :

1. George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

3. Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

4. Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

5. Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).


2. Tipe Kepemimpinan
 
a. Tipe Otoratik
      Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :

  1. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
  2. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tipe Paternalistik
      Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik
   Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

4. Tipe Demokratis
      Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

5. Tipe Laissez Faire
      Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi. 


3. Teori Kepemimpinan

a. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
     Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. 

b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
     Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal, yaitu :

Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.

Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.

c. Teori Kewibawaan Pemimpin
     Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

d. Teori Kepemimpinan Situasi
    Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.

e. Teori Kelompok
    Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Bagi anda khususnya yang lagi menggarap makalah tentang kepemimpinan, artikel diatas bisa dijadikan referensi makalah tersebut. Jika menurut anda artikel diatas kurang lengkap, berikut duniabaca.com berbagi contoh makalah tentang kepemimpinan dalam bentuk file Microsoft word yang anda bisa dapatkan sekarang juga. Dalam contoh makalah ini telah dijelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan penulisan dan lain sebagainya hingga penutup atau kesimpulan.


Sumber :




Rabu, 11 Januari 2012

MANAJEMEN KONFLIK DAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI


1. Definisi

    Komunikasi adalah suatu proses dalam dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

2. Komponen Komunikasi
    
Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik.  Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah :
  • Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
  • Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
  • Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
  • Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
  • Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
  • Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")
3. Hambatan Dalam Komunikasi
      Hambatan umum yang sering terjadi sehari hari :
  • Penerima cenderung hanya mendengarkan apa yang diharapkan. Maksudnya adalah dalam sebuah komunikasi sering kali informasi yang disampaikan tidak diserap effektif oleh penerima, disebabkan sipenerima informasi tidak terlalu tertarik dengan informasi yang disampaikan.
  • Adanya perbedaan persepsi antara pengirim dan penerima. Kondisi ini bisa terjadi disebabkab oleh beberapa sebab, seperti penerima hanya menangkap atau menyerah hanya sebagian dari sebuah informasi utuh.
  • Penerima menilai sumber berita. Sering kali terjadi penerima terlalu selektif dalam  menilai sumber berita. Jika sumber berita dari sumber yang diragukan maka penerima akan mengabaikan informasi yang diterima. Walaupun informasi yang disampaikan adalah betul.
  • Pengirim tidak memperhatikan bahasa non verbal. Terkadang suatu informasi yang tidak ditegaskan dengan bahasa non verbal(gerak tubuh, penekanan intonasi dll) bisa menyebabkan komunikasi jadi salah persepsi.
  • Media komunikasi yang tidak tepat. Kesalahan dalam memilih atau pemakaian media informasi bisa menyebabkan suatu informasi menjadi tidak diserap dengan effektif.
  • Pengirim tidak menggunakan kata-kata yang tepat. dimana Penggunaan kata-kata yang tidak tepat juga merupakan penghambat dalam komunikasi. Pemilihan kata yang tidak sesuai bisa menyebabkan penafsiran yang berbeda dari tujuan suatu informasi.
4. Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi

Ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang ditinjau dari berbagai segi :

     1. Dari Segi Sifatnya :
  • Komunikasi Lisan adalah komunikasi yang berlangsung secara lisan / berbicara. Contohnya : percakapan, dialog
  • Komunikasi Tertulis adalah komunikasi dengan menggunakan tulisan. Contohnya : sms, email.
  • Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang dibicarakan. Contohnya : ngobrol, bercerita.
  • Komunikasi Nonverbal adalah komunikasi yang tidak dibicarakan (tersirat). Contohnya : orang yang gugup saat ditanya. 
     2. Dari Segi Arahnya :
  • Komunikasi Keatas adalah komunikasi dari bawahan ke atasan.
  • Komunikasi Kebawah adalah komunikasi dari atasan ke bawahan.
  • Komunikasi Horizontal adalah komunikasi sesama manusia.
  • Komunikasi Satu Arah adalah komunikasi dengan tidak adanya timbal balik, maksud menginformasikan.
  • Komunikasi Dua Arah adalah komunikasi dengan adanya timbal balik atau saling berkomunikasi 
     3. Menurut Lawannya : 
  • Komunikasi Satu Lawan Satu adalah berbicara dengan lawan bicara yang sama banyak seperti percakapan melalui telepon.
  • Komunikasi Satu Lawan Banyak adalah berbicara satu orang dengan orang banyak (kelompok) seperti diskusi.
  • Komunikasi Lawan Kelompok adalah berbicara satu kelompok dengan kelompok yang lain seperti debat partai politik.

    4. Menurut Keresmiannya :
  • Komunikasi Formal adalah komunikasi yang berlangsung resmi seperti rapat.
  • Komunikasi Informal adalah komunikasi yang tidak resmi seperti komunikasi dengan teman. 

Sumber :