Melonjaknya angka penduduk diJakarta pasca lebaran
Pasca Lebaran, penduduk
DKI Jakarta diprediksi melonjak sebanyak 60 ribu jiwa. 3 juta jiwa warga
Jakarta yang mudik membawa sanak saudaranya ke Ibukota untuk mengadu nasib.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) mengancam akan memulangkan kaum urban
yang tidak punya kerjaan di Jakarta.
Sudah jadi tradisi arus
balik perayaan Idhul Fitri diikuti ledakan jumlah penduduk di Jakarta. Masyarakat
Ibukota yang mudik saat Lebaran, datang ke Jakarta lagi dengan menyertakan
sanak saudaranya, untuk ikut mengadu nasib di Jakarta. Gubernur DKI Jakarta,
Fauzi Bowo, mencatat masyarakat Jakarta yang mudik ke beberapa daerah di
Jawa dan Sumatera tahun ini mencapai 3 juta jiwa.Pasca Lebaran penduduk di Jakarta
dipastikan bakal makin padat. Diprediksi 60 ribu jiwa kaum urban bakal masuk
Ibukota untuk ikut mengadu nasib, mengais rezeki di Jakarta. Jika diamati,
sejak tiga tahun terakhir memang tren urbanisasi pasca Lebaran menurun. Namun,
penurunan angka urbanisasi itu tak selamanya berarti baik.
Kemiskinan
di Desa dan Urbanisasi
Setiap tahun angka para pendatang ke kota besar terus bertambah. Momen yang
paling tepat untuk melakukan migrasi besar-besaran adalah momen arus balik
paska Lebaran.
Operasi Yustisi yang digelar pemerintah kota Jakarta bertujuan
mengidentifikasi seberapa besar jumlah pendatang baru yang masuk ke kota ini.
Saya rasa Jakarta adalah satu di antara banyak kota besar lain yang menjadi
tujuan para pendatang baru dari desa.
Factor Penyebab :
Factor Penyebab :
1. Faktor Ekonomi
Kondisi statis perekonomian di pedesaan merupakan faktor utama pemicu
ledakan urbanisasi. Laju nadi ekonomi di pedesaan dianggap statis sebab setiap
orang yang hendak menjalankan usaha tidak pernah dirancang secara terencana.
Seorang pedagang es keliling tidak pernah membayangkan bahwa setelah
menjalankan usaha selama sepuluh tahun kemajuan apa saja yang harus dicapai.
Mereka tetap menjalankan usaha tanpa sedikit pun peningkatan berarti. Usaha
sekedar dimaksudkan untuk menyambung hidup.
Inilah karakter cara berusaha masyarakat di pedesaan. Cara berusaha semacam
ini tentu tidak dapat diharapkan untuk memperbaiki taraf hidup. Kondisi yang
demikian membuat sebagian besar orang-orang dari desa yang mengharapkan
perubahan tarap hidup mulai memimpikan cara untuk dapat memperbaiki kondisi
ekonomi.
Sebagian dari mereka yang masih mengandalkan kekuatan kekeluargaan terpaksa
menghimpun dana yang dijadikan ongkos ke luar negeri. Sementara sebagian mereka
yang tidak memiliki modal cukup untuk ke luar negeri memilih untuk pergi ke
kota-kota besar di dalam negeri.
2. Faktor Kultural
2. Faktor Kultural
Masalah ekonomi merupakan basis persoalan yang mendorong perpindahan
masyarakat meninggalkan desa. Di samping itu terdapat faktor penting lain yang
juga menjadi pemicunya yakni faktor kultural.
Saat ini televisi bukanlah barang mewah di pedesaan. Televisi telah dapat
diakses dengan mudah. Setiap hari penduduk di pedesaan dapat mengkonsumsi
acara-acara televisi. Sebagian besar dari acara yang dikonsumsi adalah
acara-acara yang menggambarkan kehidupan di perkotaan. Impian untuk pergi ke
kota didorong oleh hasrat menikmati gaya hidup orang-orang kota.
Dua faktor ini merupakan pemicu utama mengapa orang-orang desa melakukan
migrasi besar-besaran ke kota. Tidak peduli risiko yang harus mereka tanggung
sebagai akibat dari ketiadaan keahlian yang mereka miliki.
1. Tanpa Skill
Kita tahu sebagian
besar pendatang dari desa yang pergi ke kota tidak memiliki basis pengetahuan
dan keahlian. Jadilah mereka hanya mengandalkan tenaga.
Lapangan-lapangan
pekerjaan yang dapat mereka akses sebagian besar adalah bidang jasa. Tidak
jarang bidang-bidang itu meliputi sesuatu yang berisiko tinggi meski dengan
bayaran yang dianggap cukup. Mereka yang kurang beruntung memilih pekerjaan
serampangan. Termasuk pekerjaan di luar hukum (kriminal).
2. Konsekuensi
Semakin membengkaknya
jumlah warga kota dari kelas pekerja ini membawa dampak yang begitu besar. Di
satu sisi pemerintah kota tengah berupaya melakukan sterilisasi kawasan kota
dari penghuni liar. Di sisi lain jumlah pendatang baru ini kian bertambah.
Solusi
mengatasi urbanisasi dan
kemiskinan :
- Pemerataan lapangan pekerjaan dan pembangunan disetiap daerah sehingga tidak terpusat dikota besar saja.
- Pengadaan pelatihan-pelatihan dibidang-bidang spesifik. Tujuannya untuk meningkatkan skill individu disetiap daerah agar dapat menciptakan pekerjaan sendiri.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar